source : google |
Tak
satupun manusia di muka bumi ini yang ingin hidupnya merugi, apalagi
bangkrut. Sekedar tak dapat untung saja rasanya rugi sekali. Apalagi
jika harus kehilangan semua yang sudah susah payah kita raih.
Sebut
saja Pak Untung, seorang pengusaha besar di Jakarta yang sukses dengan
bisnis yang digelutinya. Tapi sekarang tak sedikitpun tersisa, ia
bangkrut. Dan sekarang ia berusaha bertahan hidup dengan menjadi supir
taksi di pulau Kalimantan. Sedih mendegar ceritanya, tapi ia berusaha
bangkit agar bisa meraih sukses yang pernah ia rasakan.
Mungkin
tidak sedikit yang mengalami hal serupa dengan Pak Untung. Tapi tahukah
kamu? Masih ada lagi orang yang lebih bangkrut dari itu. Jika Pak
Untung bangkrut, ia masih bisa bangkit. Bangkrutnya pun hanya sekedar
kehilangan yang dia miliki. Tapi bangkrut yang satu ini, jauh lebih
bangkrut. Bahkan orang seperti ini adalah orang yang paling bangkrut,
dunia dan akhirat.
Mari
kita simak apa yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kabarkan
kepada kita tentang siapakah orang yang bangkrut. Terdapat dalam hadits
dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tahukah kalian
siapakah orang yang bangkrut (pailit) itu? Maka mereka (para sahabat)
menjawab: orang yang pailit di antara kita adalah orang yang tidak
mempunyai uang dan harta. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menerangkan: “orang yang pailit dari ummatku adalah orang yang datang
pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa dan zakatnya, namun dia
datang dan (dahulu di dunianya) dia telah mencela si ini, menuduh
(berzina) si itu, memakan harta si ini, menumpahkan darah si itu dan
telah memukul orang lain (dengan tidak hak ), maka si ini diberikan
kepadanya kebaikan orang yang membawa banyak pahala ini, dan si itu
diberikan sedemikian juga, maka apabila kebaikannya sudah habis sebelum
dia melunasi segala dosanya (kepada orang lain ), maka kesalahan orang
yang didzalimi di dunia itu dibebankan kepadanya, kemudian dia
dilemparkan ke api neraka. (HR. Muslim).
Sungguh
rugi lagi bangkrut, orang yang selama di dunia rajin shalatnya, gemar
berzakat, rutin puasanya, dan dia membawa amal yang banyak. Tapi rupanya
selama di dunia dia menyakiti orang lain, mungkin berupa ghibah,
fitnah, atau terkait fisik seperti memukul, membunuh, dan kedzaliman
lainnya. Maka amalan baiknya diserahkan kepada orang yang didzalimi, dan
apabila amalan baiknya habis sementara belum bisa melunasi dosanya,
maka kejelekan orang yang disakiti ditimpakan kepada orang ini. Sungguh
bangkrut orang yang seperti ini.
Oleh
karena itu, hendaknya masing-masing pribadi kita ini sering
introspeksi. Apakah kita termasuk orang yang gemar menyakiti orang lain?
atau meskipun tidak gemar, tapi pernah menyakiti orang lain? maka
berhati-hatilah, jangan sampai nanti di akhirat kita termasuk orang yang
dikabarkan dalam hadits di atas sebagai orang yang bangkrut (muflis).
Lalu
bagaimana agar kita terhindar dari kebangkrutan tersebut? Tentunya
dengan berusaha menjaga diri kita agar jangan sampai mengganggu bahkan
menyakiti orang lain. Jika sudah begitu, insyaAllah kita tidak akan
termasuk orang yang bangkrut seperti hadits di atas.
Tapi
masalahnya adalah mungkinkah kita tidak pernah menyakiti orang lain?
sadar atau tidak sadar, kita sebagai manusia yang lemah, tempatnya salah
dan lupa mungkin saja pernah menyakiti orang lain. Bahkan kalau mau
jujur mungkin kita bisa menjawab dengan yakin, “iya, aku pernah menyakiti si fulan”. Maka simaklah wasiat dari Rasulullah shallahu 'alaihi wasallam. Rasulullah shalllallahu’alaihi wasallam pernah bersabda :
“Siapa
yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa
kehormatan badan atau harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta
halal (maaf)nya sekarang juga sebelum datang suatu hari yang tiada harta
dan dinar atau dirham, jika ia punya amal shalih, maka akan diambil
menurut penganiayaannya, dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan),
maka diambilkan dari kejahatan orang yang dianiaya untuk ditanggungkan
kepadanya.” (HR. Bukhari, Muslim).
Maka
segeralah minta maaf kepadanya, kepada orang yang pernah kita sakiti.
Mintalah keridhoan kepadanya atas apa yang pernah kita perbuat. Kemudian
mohon ampunlah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dan janganlah kita
menunda-nunda dalam masalah ini, karena kita tidak akan pernah tau apa
yang akan terjadi pada diri kita esok hari.
Wahai orang yang merasa kuat, engkau gunakan kekuatanmu untuk menyakiti saudaramu
Ketahuilah Allah lah yang akan membalasmu, amalmu akan diserahkan kepada saudaramu
Dan kejelekan saudaramu akan ditimpakan kepadamu, nanti di negeri akhirat
Dan disitulah engkau akan tahu, bahwa tiada guna kekuatanmu di dunia
Maka menyesallah, sebelum sesalmu tiada guna
Mohon maaflah, sebelum permohonan maafmu terlambat untuk diterima
Dan bertaubatlah, karena Allah Maha Penerima Taubat
Dan untukkmu wahai orang yang didzalimi
Bersabarlah, karena Allah yang akan membalas segala perbuatan
Untukmu kebaikannya, kemudian untuknya kejelekanmu
Namun jika ia datang meminta maaf kepadamu, maka maafkanlah
Berlapang dadalah! Sebagaimana Allah berfirman :
Hendaklah mereka memaafkan dan melapangkan dada! Apakah kamu tidak ingin diampuni oleh Allah? (QS Al-Nur [24]: 22)
Dan juga Allah berfirman :
Maafkanlah mereka dan lapangkan dada. Sesungguhnya
Allah senang kepada orang-orang yang berbuat kebajikan (terhadap yang melakukan kesalahan kepadanya) (QS. Al-Ma-idah [5]: l3
Wallahu a’lam
Semoga bermanfaat
Abu Ukkasyah
diambil dari http://www.ayo-ngaji.com/2011/11/orang-yang-bangkrut.html
Marilah kita berusaha menjadi orang yang tidak pernah bangkrut.. semoga..